Minggu, 12 Februari 2017

Dikasih Judul Apa Ya? Kegiatan Setelah Wisuda Aja Deh!

Halo! Annyeong!

Maaf lho baru muncul lagi. Ah, tapi kalo nulisnya sering-sering bukan Dea ya namanya hahaha.
Iya nih, setelah wisuda aku sibuk banget. Sibuk di rumah.
Iya di rumah. Soalnya emang lagi jadi pengangguran banget nih.
Kerjaan habis bangun tidur, paling sembari mencuci piring aku merebus air, membuat teh, nyapu kamar kalo kamar kotor, cari makan kalo mama nggak masak, terus ke kamar lagi, di atas kasur, nyalain laptop, nonton deh seharian. Nonton apa? Nggak perlu ditanya, pasti nonton oppa dong ^^
Yap, kengangguran ini kembali membuatku tenggelam bersama oppa-oppa lagi. Habis, nggak ada kerjaan lain sih....... lagian udah dari semenjak skripsi pengen banget nikmatin hari-hari santai hanya untuk menonton oppa, dan akhirnya kesampaian juga hehehe. Malah keterusan hehehehe.

Alhasil, gara-gara kegiatanku yang monoton itu Mama agak sebel dan suka marah. Sebenernya aku nggak cuma diem-di kamar-nonton drama korea-tiduran-makan doang sih. Diem-diem gitu aku juga nyari lowongan kerja kok. Cuma ya belum cerita-cerita Mama aja sih. Jadi yang dilihat mama ya aku cuma diem-di kamar-nonton drama korea-tiduran-makan doang. Dan belakangan jadi adem ayem aja gara-gara aku dipanggil interview salah satu cafe kopi di Surabaya. Akhirnya......... ada panggilan interview juga setelah melamar ke beberapa perusahaan. Tapi, udah sebulan ini belum ada kabar kelanjutan interviewnya. Ah, yasudahlah dijadikan pengalaman saja.

Hmm ngomong soal kerjaan, emang susah kok ya. Nggak segampang itu lulus terus dapet kerjaan tanpa nganggur dulu. Selain membuatku tenggelam bersama oppa, nganggur ini membuatku tersadar bahwa nyari kerja itu gak gampang, nyari duit itu susah (tapi ngeluarin duit kok gampang banget ya?), belum tentu ngelamar sana sini dipanggil interview, belum tentu juga habis interview langsung keterima. Hmmm. Bukan capek ya, tapi agak sensitif gitu. Ketika ketemu orang, yang tadinya seneng diucapin "Eh udah wisuda ya? Selamat ya... semoga ilmunya barokah" terus ujung-ujungnya ngomong "Udah dapet kerja? Dimana?". Kayak euforia kelulusan itu tidak berlangsung lama. Karena oh karena pertanyaan "Udah dapet kerja?" atau "Sekarang kerja dimana?" akan datang cepat atau lambat. Mungkin nggak akan menjadi masalah kalo yang ditanya udah ada kerjaan, tapi bagi aku yang masih pengangguran ini...... agak sensitif gitu.

Yap, namanya kehidupan. Galau pasti ada masanya. Selain galau akan cinta-cintaan, di umur segini fase galau bisa bermacam-macam. Fase galau akan kerjaan contohnya.

Tapi, alhamdulillahnya akhir bulan lalu Dimas datang membawa ajakan. Dimas ngajakin untuk magang di DSI Unair. Jadi reporter untuk ngisi konten e-magazine gitu selama tiga bulan. Alhamdulillah, semakin nggak nganggur dan membuat Mama nggak ngomel-ngomel lagi. Dan ketika ditanya orang "Sudah kerja? Dimana?" ada jawaban "Lagi magang ini" ^^

Oh ya, habis wisuda aku memutuskan untuk berhijab lho. Ada dorongan dari Mama seperti "kasihan Papa dek kalo kamu belum menutup aurat" juga tentunya kesadaran diri dong. Dan sekarang lagi belajar pelan-pelan untuk merubah diri menjadi yang lebih baik.

Sebenernya nganggur gini itu aku juga nulis cerpen lho, terus aku masukin di blog yang khusus tulisan-tulisan ku. Tapi u know lah aku tuh orangnya kan suka moody gitu kalo nulis ya. Orang blog aja beberapa bulan sekali baru ada postingan baru. Apalagi ditambah sekarang lagi demen-demennya nonton oppa, jadi agak terabaikan huhuhuhu. Tapi secepatnya akan aku selesaikan! Hehehe ^^

Oya, udah 2017 lho ini cepet banget ya! Semoga di tahun yang baru ini, semua kebaikan dan kelancaran selalu mengiringi kita ya! Semoga juga..... setelah magang aku dapet pekerjaan yang oke biar bisa nabung buat ketemu oppa hahahaha. Aamiin!!!! ^^

Sabtu, 08 Oktober 2016

Forgive But Not to Forget.

Hwaloooo lagi.

Ternyata bener apa kata pepatah. Ketika kamu berada di bawah, saat kamu berada dalam kesedihan, kamu akan benar-benar menemukan seseorang yang peduli/sayang sama kamu.
Yaps, sama halnya dengan saat aku berduka kemarin.
Aku bener-bener nggak nyangka begitu banyak teman dan sahabat yang dateng ke rumah, juga yang nggak sempat datang memberikan perhatian serta doa melalui media sosial.
Kenapa aku nggak nyangka? Karena, Papa bukan tipe orang yang suka ikut nimbrung kalo ada temen-temenku ke rumah kayak Mama. Tapi, temen-temenku ikut sedih ketika Papa meninggal. Disitu aku bener-bener "Ya Allah, Pa. Ternyata banyak yang doain Papa. Banyak yang sayang Papa termasuk temen-temen Adek". Terimakasih buat kalian semua :")

Tapi, ada satu hal yang masih mengganjal di hati dan pikiranku.
Kamu.
Kamu itu termasuk teman dekatku kan?
Tapi, kemana kamu disaat aku sedang berduka?
Hey, bukan. Ini bukan aku berduka karena aku patah hati.
Lebih dari sekedar patah hati.
But, where are you.....

Ya, walaupun kamu sempat mengucapkan bela sungkawa mu melalui line. Tapi, hanya itu?

Bukannya "Masa Bapaknya meninggal, masih sempet mikir ginian sih?"
Nggak. Aku nggak punya waktu untuk mikir beginian saat itu. Sungguh.
Aku pun baru sadar setelah teman-temanku, sahabat-sahabatku, satu persatu, hari demi hari, berdatangan. Tapi, kamu tidak. Dan, dari mereka pertanyaan itu muncul. "Dia udah dateng kan?"
Dan jawabannya, belum.

Ketika hari itu kamu hanya mengirimkan chat bela sungkawa, kuputuskan untuk tidak membacanya.
Sedikit ada rasa kecewa. Karena pikirku, ketika aku tidak membalas, bahkan tidak membaca pesannya, seharusnya kamu mengirimiku pesan lagi. Harusnya sih. Entah itu mengucapkan maaf karena tidak bisa datang atau apapun lah. Tapi ternyata tidak.

Beberapa hari kemudian, pesannya kubaca. Kamu? Tidak juga muncul.
Dan seketika itu juga, aku berterimakasih kepada Papa. Kepada Allah.
Mungkin melalui Papa, Allah ingin menunjukkan bagaimana kamu kepadaku....

Terlepas dari perasaanku kepadamu, aku bertanya-tanya.
Kemana dirimu di saat aku sedang bersedih dan butuh teman?
Walaupun aku tau, banyak teman/sahabat yang memberikan perhatian dan hiburan saat itu.
Tapi, kemana kamu?

Aku tidak pernah membencimu. Aku tidak membencimu hanya karena hal ini. Aku memaafkanmu. Aku memaafkan ketika kamu tidak berada dalam kesedihanku. Tapi, aku tidak bisa melupakan ini.

Kalaupun memang saat itu kamu ada masalah, ada sesuatu yang membuatmu tidak bisa datang, kenapa kamu, sampai saat ini, tidak pernah bercerita kepadaku? Karena aku tidak bertanya? Kenapa kamu tidak mempunyai inisiatif untuk memulai duluan?

Mungkin, aku salah. Aku yang salah karena tidak bertanya kepadamu.
Mungkin, aku salah. Aku yang salah karena terlalu menaruh harap kepadamu. Berharap kamu peduli.
Mungkin, aku juga salah. Aku minta maaf.

Sekali lagi, aku tidak membencimu hanya karena hal ini. Sesungguhnya aku ingin membicarakan masalah ini denganmu. Tapi, entah aku harus mulai darimana.
Aku sudah memaafkanmu, bahkan sebelum kamu minta maaf (jika kamu merasa salah). Tapi, aku tidak bisa melupakan ini.

Aku kecewa.
Aku kecewa karena aku membandingkan diriku dengan temanmu yang lain.
Aku ingat saat itu kamu langsung segera menghampiri temanmu yang sedang sumpek dan sedih.
Walaupun hujan, kamu menjemputnya, kamu mengajaknya jalan-jalan, kamu menghiburnya.
Tetapi, ketika aku, aku yang sedang bersedih, apakah hanya kata-kata yang kamu berikan kepadaku?
Apa hanya kata-kata yang aku butuhkan darimu?
Ketika beberapa waktu lalu temanmu itu bertanya kepadamu "Kita teman, kan?"
Rasanya aku juga ingin menanyakan hal itu padamu.
"Kita teman, kan?"

Dan setelah dua minggu, kamu baru muncul. Mengucapkan selamat dan memberikan semangat karena aku akan sidang. Terimakasih, setidaknya kamu ternyata agak perhatian denganku.

Sekarang, aku sudah memaafkanmu. Aku dan kamu sudah kembali normal. Seperti biasanya. Tetapi, tetap. Hal itu tidak pernah ku lupakan. Rasa kecewa itu.

Kalau suatu saat nanti kamu membaca ini, semoga kita sudah selesai membicarakan hal ini dan kita tetap seperti biasanya.
Kalau suatu saat nanti kamu membaca ini dan kita belum berbicara, bisakah kamu memberitauku? Karena aku ingin berbicara, kita selesaikan dengan baik-baik. Apa yang perlu diceritakan, apa yang perlu diselesaikan. Dan tentu saja semoga keadaan kita tetap seperti biasanya.
Dan jangan pernah berpikir untuk menghindar dari aku hanya karena hal ini. Karena sungguh aku sudah memaafkanmu dan tidak memutuskan untuk menjauhimu. Kita tetap berteman. Seperti biasanya. Hanya saja, kini aku tau bagaimana kamu terhadapku.

Jangan berpikir untuk menjauh. Kita tetap berteman. Seperti biasanya.
Ya, seperti biasanya.

Bahagia sih, tapi Sedih juga.

HALOOOO

Mumpung suasananya lagi mendung manja gini, kayaknya cocok untuk menuliskan post kali ini.
Sesuai sama 'mendung', pasti ada yang menyambutnya dengan riang juga ada yang sedih ya kan?
Nah, sekarang aku mau menceritakan hal yang menyenangkan juga menyedihkan.....

Mulai dari mana dulu ya.....

Okay, kayaknya mulai dari yang seneng dulu aja ya.
ALHAMDULILLAH pada tanggal 14 Juni 2016, Dea Anyudhita ini sudah resmi dinyatakan lulus skripsi dengan nilai yang (alhamdulillah) memuaskan. Jatuh bangun. Merasa skripsi ini adalah salah satu beban dalam hidup. Galau? Pasti. Rasanya pengen cepet-cepet menyelesaikan ini. Setelah dua semester bergelut dengan Mbak Shireen akhirnya aku dapat menyelesaikan skripsi tepat waktu. Dan, pada tanggal 24 September 2016, kemarin, aku sudah resmi menyandang gelar S.I.Kom. Seneng bercampur.....sedih.

Kenapa sih, Dea? Kok sedih? Bukannya kalo dinyatakan lulus dan punya gelar harusnya seneng ya?
Seharusnya. Tetapi, kesedihan ini sudah aku rasakan sebelum melakukan sidang skripsi.
Kenapa? Karena salah satu orang yang paling aku sayang di dunia ini pergi. Untuk selamanya.

Ya, dia adalah Papaku. Papa meninggal tanggal 5 Juni 2016. Sakit paru-paru. Menurutku, ini adalah sesuatu yang benar-benar di luar dugaan. Kami sekeluarga merasa bahwa Papa adalah pribadi yang sangat sehat. Papa adalah orang yang paling bawel soal kesehatan di keluarga kami.
"Kamu ini makanya minum vitamin atau madu gitu lho"
"Dek, ayo ikut Papa ke Sup*r*ndo beli buah"
"Jus tomat sama apel ini enak dek, Cobaen ta"
Walaupun dulunya merokok, tapi Papa sudah berhenti 11 tahun yang lalu. Sejak saat itu, Papa nggak pernah terkena penyakit berat. Dan mungkin ini adalah penyakit terberat yang diderita beliau semasa hidupnya.

Awalnya waktu Papa dinyatakan sakit, aku masih optimis kalo Papa pasti sembuh. Tetapi, keyakinan itu perlahan menghilang setiap melihat kondisi Papa semakin menurun. Apalagi waktu ingat hari itu.... hari dimana Mama telfon aku waktu aku lagi di perpustakaan untuk belajar skripsi buat sidang. Mama bilang kalo Papa gawat. Aku udah nggak bisa mikir jernih. Setelah menerima telfon dari Mama, aku langsung meninggalkan perpustakaan dan menyebrang ke RS (karena kebetulan saat itu Papa dirawat di rumah sakit seberang universitasku). Waktu sampai di kamar Papa dan melihat keadaan Papa yang susah nafas, aku bener-bener nggak tega. Melihat Papa begitu, Mama nyuruh aku untuk minta maaf dan nuntun doa-doa buat Papa. Disaat itu juga aku nangis... aku nggak mau punya pikiran buruk. Tapi kalo melihat keadaan Papa yang begitu, aku nggak tau harus gimana lagi selain berdoa dan pasrah kepada Allah.
Setelah itu, Papa dibawa ke ICU. Keadaannya sudah mulai tenang. Kakakku, Keiko, dan Mas Ridho pulang ke rumah. Begitu juga sahabatku, Rita, yang kuminta datang menemaniku. Sedangkan aku memutuskan untuk tinggal di RS menemani Mama.

Pada malam harinya, dokter anastesi mengatakan bahwa dengan kondisi Papa yang seperti ini, seluruh keluarga diminta untuk pasrah. Menurutku, malam itu adalah malam yang paling menakutkan. Hatiku bener-bener nggak tenang. Mama lebih kuat daripada aku. Aku yang mendengar penjelasan dokter hanya bisa nangis dan nangis. Mama? Memperhatikan dengan tenang dan tidak lupa membaca ayat-ayat al-Quran. Untung aja waktu itu Ichi, Tisha, dan Asad dateng ke RS buat nemenin aku. Walaupun masih gelisah, tetapi dengan hadirnya mereka, perlahan aku agak tenang. Setelah mereka pulang, aku dan Mama memutuskan untuk tidur. Tapi, malam itu aku nggak bisa tidur nyenyak. Setiap sekitar 30 menit sekali aku bangun untuk pipis. Alhamdulillah, Mamaku saat itu tidur pulas. Karena menurutku nggak apa lah kalo aku nggak bisa tidur, yang penting Mama bisa tidur. Kasian karena Mama pasti sebenernya capek dan gelisah juga. Tetapi Mama orang yang kuat sehingga semua itu tidak ditampakkannya di depanku.

Waktu subuh tiba, Mama membangunkanku untuk sholat subuh, karena takut nanti ada panggilan dari suster. Saat hendak bangun untuk wudhu, benar saja. Suster datang menghampiri kami dan mengatakan kalo kami harus segera ke ICU. Saat itu aku hanya bisa mengatakan "Ya Allah..." karena aku sama sekali nggak tau akan ada kabar apa lagi. Karena aku belum sholat, aku menyuruh Mama untuk pergi duluan ke ICU melihat kondisi Papa.

Setelah melakukan sholat subuh, aku segera menyusul Mama. Saat membuka pintu ICU, kulihat Mama sudah berada di sebelah Papa sambil membisiki Papa ayat-ayat al-Quran. Lalu kulihat ke alat deteksi jantungnya, menunjukkan angka terendah. Saat itu juga air mataku tidak bisa terbendung lagi, Namun, aku tidak boleh menangis. Kasihan Papa. Aku menguatkan hatiku dan mendekati Papa. Mama menyuruhku untuk meminta maaf dan menuntun Papa. Sedangkan Mama keluar sebentar untuk menghubungi saudara-saudara beserta kakakku. Kakakku yang mendapat kabar tersebut langsung segera pergi ke RS. Sambil menunggu kakakku datang, aku dan Mama meminta maaf serta memaafkan kesalahan Papa, serta terus membacakan Papa ayat-ayat al-Quran di sampingnya. Tetapi, ketika dokter memeriksa keadaan Papa..... suster menghampiri kami dan mengatakan "Ini Bapak masih ada karena dibantu alat ya, Bu. Kalo alatnya dilepas nanti, Bapak sudah nggak ada". Mendengar itu, aku dan Mama hanya bisa tersenyum dalam tangis kita dan menjawab "Iya, sus". Hanya menunggu beberapa menit, suster kembali menghampiri kami "Kita cabut ya, Bu?" Mama melihat aku, "Cabut ya dek? Nggak apa-apa. Kasihan Papa". Dengan ikhlas aku berkata "Iya cabut aja, Ma".

Setelah semua alat dicabut, Mama melihatku sambil berkata "Innalillahi wa innailaihi rojiun". Aku mengikuti Mama "Innalillahi wa innailaihi rojiun". Papa dinyatakan meninggal pukul 05.16.

Melihat badan Papa yang terbujur kaku, aku mengambil tangan Papa. Kucium tangan Papa sambil mengucapkan "Maafin adek ya, Pa" lalu kuletakkan perlahan tangannya sambil melihat beliau dengan tersenyum dalam sedihku. Setelah itu kakak datang. Giliran kakak kali ini yang menggunakan waktunya yang terakhir bersama Papa.....

Hari itu adalah hari yang paling menyedihkan dalam hidupku.
Papa.... Walaupun Papa suka marah-marah, tapi aku baru sadar. Marahnya Papa adalah bentuk perhatian Papa kepada kami semua. Papa itu yang paling perhatian. Paling suka ingetin makan, pokoknya kalo sampe liat anaknya nggak makan, udah deh ngomelnya kemana-mana. Hal itu yang paling berasa hilang.... Ah, pokoknya semua kenangan dari Papa nggak akan pernah terlupakan.

Jadi inget waktu jaga Papa malem-malem...
"Dek, Papa kok laper ya? Nggak ada makanan ya?"
"Nggak ada Pa. Madu ta Pa?"
"Iya wes dek, nggak apa-apa"
Aku ambilin madu deh satu sendok. Terus Papa langsung minum madunya pelan-pelan.
"Kamu kok belum tidur, Dek?"
"Ini garap"
"Oalah, maaf ya Papa ganggu"
"Enggak kok"

Atau jadi inget waktu Papa minta alpukat....
"Dek, nanti Papa belikan alpukat ya"
"Iya Pa, siangan ya soalnya jam segini belum buka"
"Iya, pokoknya belikan. Nggak pake es, gulanya sedikit aja, nggak pake susu. Kamu belio juga"
"Iya, Pa"
Semasa sakitnya, Papa seneng banget minum jus alpukat. Dan yang bertugas untuk beli jus alpukat siapa lagi kalo bukan aku. Bahkan, sebelum aku berangkat ke perpustakaan hari itu, Papa bilang gini ke aku...
"Dek, nanti balik kesini kan?"
"Iya mungkin Pa, mau nitip apa?"
"Biasa. Jus alpukat ya. Ada kan di deket situ?"
"Iya, ada kok Pa"
Ya Allah, bahkan sampe Papa mau pergi aja, Papa masih nitip jus alpukat ke aku :")

Dan yang paling aku inget adalah.... waktu aku lagi berdua di kamar sama Papa, lagi bingung perkara ATM nya Papa, dan Papa minta maaf karena waktu itu udah marah sama aku, aku yg nggak bisa ngambil duit di ATM.....
"Papa minta maaf ya, Dek. Tapi adek harus ngaku juga kalo Adek salah. Jadi sama-sama salah ya. Adek itu lho pinter kok, Dek. Ya kan?"
Aku yang denger kalimat itu nggak bisa membendung air mataku. Nangis. Sebenernya, karena nggak kuat liat Papa minta maaf. Maafin Adek juga ya, Pa :")

Yah, itu cuma sekilas aja hal-hal sebelum Papa meninggal yang paling aku inget. Udahan ah, udah nggak kuat lagi ini, ingusnya udah kemana-mana. Hehehehe.

Sekarang Papa udah tenang disana. Papa udah nggak sakit lagi. Udah enak, ya Pa ya?
Terimakasih untuk semua yang Papa berikan ke Adek. Perhatian, kasih sayang, dan kenangan yang Papa berikan selama ini. Adek sekarang cuma bisa berdoa untuk Papa. Adek sayang Papa, selalu.

Minggu, 08 Maret 2015

Rasa Nyaman.

Entah.
Mungkin.
Yg membuat.
Aku bertahan.
Selama ini.
Adalah.
Rasa nyaman.
Yang.
Kamu berikan :)

Membingungkan ya?

Perasaan ini tuh membingungkan ya.
Terkadang bisa bener-bener nganggep sahabat.
Terkadang bisa terbang tinggi kegeeran.
Apa mungkin ini karena tidak kepastian?
Tapi yg jelas rasa sayang itu takkan pernah hilang.
Walaupun aku tau bakal merasakan sakit untuk kesekian kalinya.
Seperti kali ini.
Ada lagi yang menunggumu disana.
Katanya kamu biasa aja, tapi kamu juga bingung dgn perasaanmu.
Mungkin harus berlapang dada lagi.
Mungkin harus berpura-pura seperti biasa.
Asalkan tetap selalu ada dan begini adanya.
Aku fine fine aja :)

Pengalaman Selama KKN di Nganjuk.

Hai.

Oh ya, waktu itu aku langsung cerita soal doi lagi ya? Sampe lupa belum nyeritain kalo aku habis KKN-BBM lho.

KKN-BBM itu Kuliah Kerja Nyata Belajar Bersama Masyarakat, nah kita seperti dilepas untuk berbagi ilmu yg udah kita dapet selama kuliah. Aku kedapetan di Desa Sawahan, Kecamatan Lengkong, Nganjuk.

Aku di Nganjuk selama kurang lebih 28 hari gitu. Cukup mengkhawatirkan sebenernya, bukan karena tinggal di desa lho ya. Gimana caranya kamu bisa tinggal serumah sama orang yg sama sekali belum kamu kenal, karena bukan temen sejurusan. Walaupun temen sefakultas, belum tentu kamu kenal akrab. Karena setiap kelompok pasti mewakili satu atau dua fakultasnya. Jadi semacam reality show big brother itu lho, kamu dikumpulin satu rumah, harus mengerjakan program kerja dengan orang yg belum kamu kenal deket. Sebelumnya sih kita sempet ketemu beberapa kali setelah pengumuman kelompok untuk rapat, survey, dan upacara pelepasan. Tapi, ya itu belum cukup lah untuk mengenal sifat kita masing-masing.

Kelompokku ada 12 orang. Dari FEB ada 3 orang, dari FISIP ada 2 orang, dari FIB ada 2 orang, dari FKH ada 1 orang, dari FKP ada 1 orang, dari FKM ada 1 orang dan dari FKG ada 2 orang. Jadilah kita tinggal serumah di rumah Pak Kardis :)

Seminggu pertama aku ngerasa gelisah, karena baru kali ini harus jauh dari rumah selama kurang lebih sebulan. Kalo baca sms mama kadang suka mellow gitu, denger suara mama mbrebes mili, apalagi kalo denger Keiko ngomong beeeh tambah nangis banget sampe diem biasanya. Nah, sempet juga tuh minggu pertama aku nangis di depan anak-anak gara gara aku dikerjain sama duo mas mas ini, Mas Pri sm Mas Ozi. Biasa......awalnya aku udah ngempet ngempet gitu, eh gara gara si Mas Ozi nanyain sesuatu yg berkaitan dengan kuliah dan aku gak faham, pecah deh tangisanku. Terus ditanya-tanyain kenapa kok aku gampang nangis, terus dikasih nasihat berkaitan dengan kuliah dan kehidupan. Nggak lama tiga hari setelah itu aku sakit, batukku kumat. Aku emang ada riwayat sakit batuk sih kalo kecapekan atau kena hawa dingin. Jadi gitu deh. Gara-gara aku sakit, mama sm papa jadi khawatir. Akhirnya mereka jenguk deh ke Nganjuk. Orang tuaku adalah yg pertama jengukin.

Oh iya, kelompokku kebetulan kedapetan dua orang Thailand yg lagi study exchange di FKM dan ikutan KKN selama 5 hari. Namanya Nack dan Nan. Aku seneng banget bisa kenal dan deket sama mereka, lumayan nambah temen hehehe.

Hari demi hari, minggu demi minggu kita lewati dengan program kerja.
Awalnya ngerasa pengen cepet pulang, tapi kalo dinikmatin pasti nggak kerasa kok.
Kita ngajarin adek-adek kelas 4, 5, dan 6 untuk membuat celengan dan belajar menabung. Kita memberikan penyuluhan sikat gigi dan mencuci tangan ke sekolah dasar dan MTS. Terus juga memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi ke anak SMP. Kita juga ngajarin menulis dan membaca ke warga yang buta huruf. Kita juga melakukan tes gula darah. Kita juga ikut pengajian dan penyuluhan ke ibu-ibu pengajian tentang DBD. Ngecat gapura dan kerja bakti. Buat keranjang sebagai karya handicraft. Kita juga ngadain pelatihan laptop buat perangkat desa.
Seru sih sebenernya KKN itu, apalagi ada temen-temen yang jahil kayak temen KKN ku ini. Mereka tuh kadang nyebelin soalnya suka ngerjain aku, tapi juga nyenengin. Mana ya kalo kentut sembarangan semua, makannya banyak hihihi. Apalagi ada Mas Verry yg suka ngajakin makan dengan khasnya "Makan yuk, biar pinter" atau Dhanes yg pas anak-anak lg makan suka bilang "Wih enak banget ini, kayak masakannya ibuku" hahaha. Fyi, kita disana masak sendiri lho, kalo lagi capek kadang kita suka beli Nasi Goreng harga 8rb udah dapet komplit ama telurnya. Btw, aku nggak bisa masak. Anak-anak suka ngomel, aku cuma bisa bantu goreng-goreng aja. Terus biasanya aku dibilang gak ngapa ngapain huft. Aku juga sempet ke Kediri lho naik motor berempat sama Alda, Ayu dan Shoffi. Kita ngapain? Kita nyari mall hahaha. Dan waktu perjalanan pulang kita kehujanan hiks. Disana kita juga buka bimbingan belajar buat adek-adek Sekolah Dasar. Ya ampun, mereka lucu-lucu banget. Mana ada yg nanyain aku gini "Kak Dea, Kak Dea, kok nggak bisa ngomong R sih?" Hahahaha lucu banget. Terus minggu terakhir kita sekelompok pergi refreshing ke Tulungagung, pergi ke Pantai Coro. Sebelumnya Alda sempet dikerjain sama anak-anak. Pokoknya seru dan nggak bisa dideskripsikan deeeh.

Yg jago soal rumah tuh Evi, makanya dia kita panggil Bunda. Ada Shoffi yg suka bangun pagi terus henponan, ada Iid yang baper banget, ada Alda yg idolanya Mas Pri dan Noel, ada Noel yg ngegemesin, ada Mbak Kaitou yg suka diem aja, ada Ayu yang suka ngomel-ngomel, ada Mas Ozi yg ngayomi banget sekaligus tukang kentut sembarangan, ada Mas Verry yg gak betah di rumah, ada Mas Pri yg super duper jahil banget, dan ada Dhanes si ketua tapi rajinnya di kecamatan doang hahahaha.

Mungkin awalnya kita nggak kenal satu sama lain, karena kita udah tinggal hampir sebulan, udah mulai kenal dan tau sifat masing-masing. Mungkin awalnya kita ngerasa khawatir, tapi ternyata asik, nyenengin, dan seru. Banyak pengalaman yang didapet juga. Pasti bakalan kangen sama kalian semua. Sama suasana yang ada di rumah Pak Kardis :)

I'm gonna miss you all.


Oya, btw aku udah semester 6 lhoooo dan lagi proposal skripsi. Doakan ya biar mudah dan lancar jadi cepet lulusnya hehehe ^^

Sabtu, 14 Februari 2015

Nah lho!

Di suatu pagi terlalu pagi dan malam terlalu malam.....

"Dari cara chatnya, peka kok aku. Kerasa kalo udah chat pake perasaan"
"Tapi kamu nggak peka, serius."
"Peka kok tapi pura pura nggak peka aja. Keliatan kok, feelingku kerasa."
"Lho jangan jangan selama ini kamu tau kalo...."
"Tau :)"

Deg. Nah lho.......

"Sumpah kamu tau? Btw tau apa?"
"Tau wah :)"
"Tapi bukan soal itu lho. Tau ta?"
"Tauuuuu -.-"

Deg. Nah lho......